Mengisi Hari Guru Nasional
Gudep SMPS Seminari St. Yoh. Berkhmans Mataloko, berkekuatan 9 kloter ini menyelenggarakan hiking, di seputaran Mataloko, Sabtu (25/11/2023).
Lengkapnya rute hiking dimulai dengan mendaki bukit Wolo Riti di belakang Kampung Wolokuru, lalu menuruni bukit melewati Jembatan Bheto Keli, menyusuri lereng bukit Wolo Sasa, turun sampai ke dasar bukit, lalu masuk ke jalan raya Mataloko.
Kegiatan tersebut bertepatan dengan Hari Guru Nasional (HGN), saat sebagian besar guru SMPS mengikuti serangkaian kegiatan HGN di luar sekolahnya.
Diawali apel bersama memperingati Hari Guru Nasional di Lapangan Apel SMA, pelepasan masing-masing regu dilaksanakan oleh Ermelinda Muku, S.Pd, atau Kak Ermin, guru pembina Pramuka SMPS Seminari.
Hadir sebagai instruktur kegiatan Antonius Ndiwa, akrab disapa Kak Anton, Instruktur Pramuka Gudep Seminari, dan Ubaldus Mere, atau Kak Dus, guru SMPN 1 Maukeli yang telah memasuki purna bakti.
“Kegiatan hiking ini menarik sekali. Penuh tantangan. Jalani kegiatan ini dengan gembira tapi bersungguh-sungguh, ikuti semua peraturan yang ada. Ikuti dengan penuh kedisiplinan, miliki semangat tahan uji,” pesan Kak Ermin, mewakili Kepala SMPS.
Patahkan Rintangan
Dalam rombongan, seluruh peserta harus melewati berbagai rintangan. “Penjelajahan ini terbilang ekstrim. Harus mendaki dan menuruni bukit terjal,” jelas Kak Ermin.
Pada pos rintangan pertama, misalnya, mereka harus melewati titian di atas kubangan kerbau. Mereka harus bisa memecahkan sandi sebagai password-nya. Mereka harus bisa memastikan semua anggota regu selamat.
“Bayangkan saja kalau itu bukan kubangan kerbau, tapi kolam yang dalam dan banyak buayanya. Semua harus selamat kan?” jelas Kak Anton saat ditemui, Minggu (26/11).
Pada pos yang lain, mereka harus memasuki kebun warga. Di sini mereka diwajibkan berkomunikasi dengan warga untuk bisa memecahkan sandi. Keterampilan bernegosiasi penting dikuasai.
Snack berupa ubi-ubian dan teh disiapkan di kebun. Namun, mereka hanya dapat menikmatinya setelah mampu memecahkan kode. Kerja sama dalam kelompok sangat penting. Tanpa kerja sama upaya pemecahan mungkin terjadi, tapi berlarut-larut, dan tidak efektif. Akibatnya, mungkin lapar.
Makan siang disiapkan Seminari secara mencukupi. Namun, mereka harus melewati berbagai rintangan alam, yang menuntut kerelaan saling menolong. “Mereka tidak bisa langsung makan. Mereka juga tidak boleh memikirkan hanya dirinya sendiri. Harus ada kasih sayang, dan kerelaan membantu,” Kak Anton menambahkan.
Nilai-Nilai yang Hidup
Banyak nilai bisa dialami dan dihayati para siswa melalui kegiatan yang satu ini. Selain berbagai keterampilan kehidupan, nilai-nilai yang tertuang dalam Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka dapat dipelajari dan menjadi living values. Hal ini ditekankan Kak Ermin, sejak awal pelepasan.
“Kecintaan pada Tuhan, misalnya, nyata ketika anak-anak saling menghormati, dan memiliki kasih sayang. Masuk kebun orang, lihat pepaya masak, mereka tidak serta merta mengambil. Ada nilai yang mengawal mereka. Itu kesucian,” tegas Kak Anton penuh semangat.
“Mereka juga diajak mencintai alam,” sambung Kak Dus. “Tapi mereka harus ada dalam kebersamaan. Jadi patuh satu sama lain, saling mendengar, tidak menang sendiri. Kalau ada rintangan harus tabah. Kalau membantu harus tulus, itu semua nilai-nilai Dasa Darma,” lanjutnya.
“Jangan lupa, mereka jalan kaki cukup jauh. Mereka berolahraga, berkeringat, sehat. Mereka diajak mencintai kehidupannya,” Kak Anton melengkapi. Pengalaman-pengalaman ini kaya untuk direfleksikan.
Hidup di Tengah Alam
Sehari sebelum hiking, diadakan latihan membangun kemah, khusus untuk kelas VII. “Banyak siswa belum mempunyai pengalaman berpramuka saat mereka di SD. Jadi mereka harus dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar,” kata Kak Anton.
Salah satu keterampilan yang perlu mereka asah adalah bertahan hidup di tengah alam. “Karena itu mereka perlu berlatih membangun kemah, membuat dapur, tempat jemur, menata pagar, membuat simpul-simpul tali,” tutur Kak Dus.
Hidup ke depan sering tidak bisa diduga. Orang harus bisa hidup dalam keterbatasan di tengah alam.
Kesan Mendalam
“Anak-anak Seminari itu kemampuan mendengarnya bagus, cepat tanggap, dan mereka patuh,” kata Kak Dus. “Saya gembira mendampingi mereka.”
Kak Ermin juga menyatakan kepuasan dan rasa harunya. “Anak-anak kita tahan banting. Kakak-kakaknya yang dari SMA tulus sekali membantu. Mereka kompak, dan sangat menyayangi adik-adiknya. Mereka selalu berusaha memastikan adik-adiknya makan dulu, minum dulu, baru memikirkan dirinya. Mereka itu tahan haus demi adik-adiknya. Saya terharu sekali. Selain itu mereka teliti. Kalau tanda-tanda jejak tidak mereka baca dengan teliti, mereka bisa tersesat, karena ini rute baru.”
Pramuka membantu anak-anak walk the talk – melakukan, menghayati, dan tidak sekadar mengatakan.
Kesan lainnya, para siswa itu taat. “Dalam kelompok mereka tidak sembarangan. Mereka teratur, tapi kreatif, dan penuh konsentrasi. Ini bagus sekali untuk jadi bekal kehidupan,” kata Kak Dus.
Kak Dus mengharapkan, kegiatan ini rutin dilakukan.
“Satu minggu satu kali ada kegiatan Pramuka itu bagus sekali,” tambah Kak Anton. Banyak pengetahuan dan keterampilan yang harus mereka dalami.
“Kalau pengetahuan dan keterampilan mereka dangkal, mereka kesulitan ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan dengan tingkat kesulitan dan tantangan yang lebih tinggi,” tambah Kak Anton. Ada Pramuka di tingkat Kabupaten. Ada Jambore. Ada Raimuna. Semua itu menuntut pengetahuan dan keterampilan yang lebih memadai (Nani Songkares).