Oleh: Ibu Chresentina Ngani S.Pd dan Fr. Tian Gunardo OFM
Komunitas SMPS Seminari St. Yoh. Berkhmans Mataloko menggelar untuk pertama kalinya kegiatan Komunitas Belajar pada Kamis (29/8/2024). Bertempat di ruang guru SMPS Seminari, realisasi perdana program bertajuk “Inkam Semat: Inspirasi Kamis Seminari Mataloko” ini dihadiri oleh seluruh staf guru SMPS Seminari, Praeses Seminari, dan Ibu Ida, selaku Pengawas Binaan Sekolah Kabupaten Ngada.
Kepala sekolah SMPS Seminari, P. Anton Waget, SVD, menjelaskan dalam sambutannya perihal maksud dan tujuan dari terbentuknya Komunitas Belajar. Menurutnya, Komunitas Belajar merupakan wadah yang efektif untuk meningkatkan kualitas para pendidik dan peserta didik. “Komunitas belajar terdiri dari orang-orang dengan semangat yang sama. Komunitas ini bermaksud untuk meningkatkan kualitas para pendidik itu sendiri dalam menemukan cara-cara baru dalam membimbing anak-anak didik”, jelas Pater Anton.
Kesulitan Menjaga Keheningan
Selama lebih dari satu jam pertemuan, para peserta mendalami bahan bertema “Hasil Assesmen Diagnostik non Kognitif SMPS Seminari St. Yohanes Berchmans Mataloko”, yang disajikan oleh Ibu Chresentina Ngani S.Pd, pengampu mata pelajaran BK di SMPS Seminari. Menyambut isi pembahasan yang dibawakan pemateri, Romo Praeses menyebut bahwa pemilihan warga kelas VII sebagai bahan kajian sangat selaras dengan agenda besar Seminari Mataloko pada perayaan satu abad mendatang. “Kita memang harus mengenal dan mempersiapkan anak-anak kelas VII kita dengan baik. Sebab anak-anak inilah yang akan menjadi garda terdepan dalam acara satu abad Seminari pada lima tahun mendatang”, ungkap Romo Praeses.
Dengan fokus pada karakter negatif anak-anak didik, Ibu Chresentin menunjukkan bahwa sebagian besar para peserta didik kelas VII mempunyai kesulitan untuk menjaga ketenangan dan keheningan. Lantas, pertanyaan tunggal Ibu Chrisentin, yakni apa saja langkah solutif yang dapat diambil? Menanggapi pokok ini, Romo Dinno Amawawa, selaku kepala Asrama SMPS Seminari, mengamini penilaian tersebut. “Tuntutan di Seminari untuk selalu menjaga keheningan, ketekunan, dan ketenangan memang berbanding terbalik dengan karakter siswa kita yang cenderung kinestetik, suatu kecenderungan untuk mudah bergerak ke mana-mana”, jelas Romo Dinno. Walakin, Romo Dinno sendiri pun mengaku masih kesulitan untuk menemukan jalan keluar dari tantangan ini.
Pada tempat lain, Romo Praeses juga memberikan komentar yang menarik terkait gejala ini. Beliau menyoroti trend penurunan semangat hidup rohani di tengah kalangan seminaris atau para calon imam pada umumnya. Dengan menyinggung hal ini, Romo Praeses hendak mengatakan bahwa fenomena kesulitan untuk menjaga ketenangan dan keheningan merupakan imbas dari gejala penurunan pada minat akan hal-hal rohani di tengah kalangan seminaris dewasa ini.
Memikirkan Jalan Keluar
Diskusi mengenai kesulitan para seminaris dalam menjaga keheningan menyita perhatian seluruh peserta kegiatan. Untuk memecah kebuntuan, Pater Anton memancing ide solutif atas persoalan dengan menawarkan kegiatan meditasi pagi di dalam kelas sebagai cara baru untuk melatih ketenangan anak-anak. Menurutnya, pangkal dari kesulitan menjaga keheningan yakni karena para seminaris tidak terlatih untuk mempunyai daya hening dan konsentrasi yang tinggi.
Menyambung gagasan ini, Fr. Tian OFM pun mengusulkan agar para siswa kelas VII menjalani kegiatan rohani yang lebih intens pada hari Sabtu. “Ketimbang mengikuti kelas literasi, sebaiknya pada semester satu, para siswa kelas VII difokuskan untuk mendalami latihan-latihan rohani yang dapat dipandu oleh para frater”, pungkas Frater Tian. Usulan ini diterima karena dianggap sebagai solusi sementara yang baik oleh seluruh peserta sidang.
Kegiatan Komunitas Belajar ini diakhiri dengan pesan penutup dari Ibu Ida. Secara garis besar, Ibu Ida mengapresiasi langkah baru SMPS untuk memulai kegiatan Komunitas Belajar. Serentak pula, ia menaruh harapan agar kegiatan ini dapat menjadi kesempatan yang baik bagi para pendidik di SMPS Seminari untuk belajar bersama demi menyediakan kualitas pengajaran yang sama bagi para peserta didik.