Belajar Menjadi Guru BK yang Punya Hati

Catatan RD. Dino Ama Wawa
Salah satu tugas menarik yang memberi ilham bagi saya dan teman-teman untuk belajar adalah tugas proyek lapangan, berupa wawancara dengan para guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang berpengalaman di sekolah-sekolah.
Kelompok kami melakukan wawancara guru BK di SMA Angkasa Adisucipto Yogyakarta dan SMA St. Yusuf Pangudi Luhur Yogyakarta, yang merupakan almamater dari dua anggota kelompok kami, Seni (1/9/2025). Kedua guru BK yang kami wawancarai adalah Ibu Anggita Ayu Aristanti, S.Pd dan Ibu Elisabeth Emiliani Setyaningrum, S.Psi. Wawancara ini terjadi saat jam sekolah. Kedua guru BK ini berbagi cerita seputar tugas, tanggung jawab dan persoalan yang dialami dalam proses pendampingan para siswa di sekolah.
Secara pribadi saya merasa bahwa kegiatan wawancara dengan guru BK adalah sebuah momen sharing pengalaman yang konkret, yang mereka alami dalam profesi sebagai guru BK. Ada persepsi baru yang muncul dalam pikiran saya tentang peran guru BK di tengah kehidupan para siswa. Jika selama kuliah, kedua guru BK ini belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan, maka saat menjadi guru BK di sekolah, mereka belajar tentang pengalaman hidup para siswa yang bervariasi, entah pengalaman positif maupun negatif. Keragaman pengalaman inilah yang kiranya menjadi pendorong bagi guru BK untuk mampu mengembangkan kompetensi diri mereka secara lebih kontekstual sesuai situasi hidup konkret dan karakteristik para siswa. Ilmu yang didapat selama kuliah adalah ilmu terapan yang sangat penting untuk diaplikasikan dalam praktik konseling bersama para siswa.
Kehadiran guru BK di sekolah memiliki peran yang penting dalam menghadapi situasi konkret perkembangan para siswa, yang memasuki tahap remaja. Mental dan situasi psikis remaja saat ini yang cenderung rapuh. Ini membuat mereka rentan untuk goyah ketika menghadapi suatu persoalan hidup.
Ketika siswa menghadapi berbagai persoalan dalam keluarga seperti konflik orang tua, masalah ekonomi rumah tangga, atau kurangnya perhatian, serta tantangan dalam lingkungan pertemanan dan pergaulan yang negatif, atau pengaruh negatif media sosial, guru BK hadir sebagai sosok orangtua kedua yang dapat dipercaya. Dalam hal ini, guru BK tidak hanya berperan sebagai pendidik akademis, tetapi juga menjadi pendengar setia dan pembimbing yang mampu memahami situasi hidup yang mereka alami.
Keberadaan guru BK di sekolah adalah hal yang penting karena guru BK langsung menyentuh sisi kejiwaan anak yang seringkali tidak terdeteksi secara mendalam oleh para guru yang lain. Pengalaman pendampingan anak membuktikan bahwa persoalan hidup yang dialami para siswa bisa memberi pengaruh yang buruk terhadap perkembangan diri entah itu di bidang akademik, emosional, dan sosial para siswa.
Tekanan persoalan yang kuat dalam diri, menyebabkan para siswa tidak mampu mengolah dan menyelesaikan persoalan secara bijaksana. Mereka mencari pelarian dalam cara dan bentuk yang merusak diri mereka sendiri. Tanpa kehadiran guru BK, banyak siswa besar kemungkinan mengalami kesulitan dalam dunia akademik karena persoalan yang tidak dapat ditangani dengan baik.
Bekal ilmu konseling dan psikologi yang diperoleh selama perkuliahan adalah senjata yang membantu guru BK berinteraksi dan berkomunikasi dengan para siswa. Kompetensi diri sebagai guru BK memungkinkan guru BK mampu mengidentifikasi, memahami, dan menangani persoalan yang dialami para siswa. Keberadaan guru BK di sekolah adalah sebuah kebutuhan mendasar untuk kesuksesan proses pendidikan siswa. Guru BK membantu dan memastikan bahwa para siswa dapat menjalani proses pendidikan dengan baik. Di samping itu, kehadiran guru BK tidak hanya berfungsi untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga memberikan motivasi, edukasi bagi para siswa.
Sebelum diputuskan bahwa saya akan menempuh kuliah S1 jurusan BK, pimpinan Keuskupan awalnya merencanakan agar saya mengambil program S2 jurusan psikologi. Namun, setelah berbagai pertimbangan dan masukan dari berbagai pihak, akhirnya diputuskan bahwa saya akan menempuh kuliah S1 jurusan Bimbingan dan Konseling dengan harapan bahwa setelah menyelesaikan studi, saya dapat berperan sebagai guru BK di sekolah dan sekaligus menjadi pendamping siswa di asrama bagi para calon imam di Seminari Menengah Mataloko.
Saya bersyukur karena saat ini sedang menjalani perkuliahan S1 jurusan Bimbingan dan Konseling. Saya dapat berinteraksi dan berdinamika bersama para mahasiswa lain yang baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA. Rentang usia mereka tidak terlalu jauh dengan para calon imam di Seminari Menengah Mataloko. Saya bisa belajar beradaptasi dalam dunia pergaulan mahasiswa.
Selain itu, saya mendapatkan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang berharga dari para dosen. Dalam refleksi pribadi, saya merasa bahwa saya memperoleh pendidikan yang benar-benar dimulai dari fondasi dasar. Saya merasakan seolah mendapat kesempatan kedua untuk mengalami dunia perkuliahan dengan warna yang berbeda. Pengalaman ini mungkin tidak saya terjadi jika saya langsung mengambil kuliah S2 jurusan psikologi. Saya belajar untuk menjadi seorang guru BK yang kompeten.
Di prodi BK, saya belajar untuk menjadi seorang guru BK yang berkompeten. Ada tiga hal yang perlu saya tingkatkan sebagai keterampilan dasar bagi seorang guru BK. Ini bisa saya lakukan selama masa perkuliahan ini. Pertama. Seorang guru BK sejauh mungkin harus melayani dengan hati. “Guru BK harus punya hati yang peduli. Peduli terhadap anak,” demikian kata Ibu Anggita Ayu Aristanti, S.Pd guru BK di SMA Adisucipto Yogyakarta. Menghadapi persoalan setiap siswa yang bervariasi, mendengarkan cerita siswa dengan penuh perhatian, membangun rasa kepercayaan dalam diri anak kepada guru BK, menjaga privasi siswa membutuhkan dedikasi yang tinggi. Semangat dedikasi hanya akan maksimal kalau saya memiliki hati yang peduli. Kedua. Saya harus belajar membangun relasi yang luas dan sehat dengan siapa saja. Ketiga. Belajar mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik lagi.
Refleksi ini saya buat setelah melakukan kegiatan wawancara. Terima kasih kepada kedua narasumber dan teman-teman atas pengalaman belajar yang berharga ini.