USAHA TERNAK SEMINARI
Sebagaimana usaha kebun, usaha ternak sudah lama dikembangkan, bahkan jauh sebelum seminari didirikan, yakni tahun 1922, ketika Br. Gallus v.d. Lith menanganinya. Di tangan para misionaris SVD ini, Mataloko dikenal sebagai daerah penghasil sayur dan ternak. “Peternakan berkembang, sudah ada mentega dan susu, kebun menghasilkan berbagai macam sayur, 2 kali setahun kami panen kentang, juga kami tanam gandum”, tulis P. Ettel, SVD pada tahun 1926 (Sejarah Gereja Katolik Indonesia, 3b, hal. 1180).
Pada tahun-tahun belakangan ini usaha ternak dilakukan oleh para siswa di bawah tanggungjawab Rm. Seli Fe, Pr (usaha ternak babi) dan Rm. Sil Edo, Pr (usaha ternak sapi).
Seorang mahasiswa Politeknik St. Wilhelmus Boawae sedang menjalani praktik lapangan di kandang.
Gubernur NTT memberikan bantuan benih babi.
Komisi PSE KWI memberikan bantuan berupa 9 ekor sapi.